Khamis, 10 Februari 2011

Siri 5: Mulianya Pekerti Mu Ya Rasulullah

Rasulullah bergaul dengan semua orang. Beliau bergaul dengan berbagai strata sosial, baik kalangan bawah seperti budak, pengemis, anak-anak; maupun kalangan atas seperti pengusaha dan para tokoh.

Jika bergaul Rasulullah dapat menyesuaikan dengan lawan bicaranya dan memperhatikan bagaimana karateristik lawan bicaranya. Beliau juga bergurau dengan anak kecil, bermain-main dengan mereka, bersenda gurau dengan orang tua. Akan tetapi beliau tidak berkata kecuali yang benar saja.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud dan At Tirmidzi bahwa, suatu hari ada seorang perempuan datang kepada beliau lalu berkata, “Ya Rasulullah, naikkan saya ke atas unta”.

“Aku akan naikkan engkau ke atas anak unta.” kata Rasulullah.“Ia tidak mampu.” kata perempuan itu.

“Tidak, aku akan naikkan engkau ke atas anak unta.

“Ia tidak mampu”.

Rasulullah menjawab, “Aku tidak bilang anak unta itu masih kecil, yang jelas dia adalah anak unta. Tidak mungkin seekor anak unta lahir dari ibu selain unta.” Para sahabat yang ada disitu tersenyum dan ia pun mengerti gurau Rasulullah.

Datang seorang perempuan lain, dia memberitahu Rasulullah, “Ya Rasulullah, suamiku jatuh sakit. Dia memanggilmu”.

“Semoga suamimu yang dalam matanya putih.” kata Rasulullah.

Perempuan itu kembali ke rumahnya. Dan dia pun membuka mata suaminya. Suaminya bertanya dengan keheranan, “kenapa kamu ini?”

“Rasulullah memberitahu bahwa dalam matamu putih.” kata istrinya menerangkan.

“Bukankah semua mata ada warna putih?” kata suaminya.

Diriwayatkan oleh Tirmidzi, bahwa seorang perempuan tua berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar aku dimasukkan ke dalam surga.”

“Wahai Ummi Fulan, surga tidak dimasuki oleh orang tua.”

Perempuan itu lalu menangis.

Rasulullah menjelaskan, “tidakkah kamu membaca firman Allah ini, ‘Serta kami telah menciptakan istri-istri mereka dengan ciptaan istimewa, serta kami jadikan mereka senantiasa perawan (yang tidak pernah disentuh), yang tetap mencintai jodohnya, serta yang sebaya umurnya’ (QS. Al Waqi’ah: 35-37).

Para sahabat Rasulullah suka tertawa tapi iman di dalam hati mereka bagai gunung yang teguh. Na’im adalah seorang sahabat yang paling suka bergurau dan tertawa. Mendengar kata-kata dan melihat gelagatnya, Rasulullah turut tersenyum.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Anas, bahwa seorang sahabat bernama Zahir, dia agak lemah daya pikirannya. Namun Rasulullah mencintainya. Zahir ini sering menyendiri menghabiskan hari-harinya di gurun pasir. Sehingga, kata Rasulullah, “Zahir ini adalah lelaki padang pasir, dan kita semua tinggal di kotanya”.

Suatu hari ketika Rasulullah sedang ke pasar, dia melihat Zahir sedang berdiri melihat barang-barang dagangan. Tiba-tiba Rasulullah memeluk Zahir dari belakang dengan erat. “Heii……siapa ini? lepaskan aku!” Zahir memberontak dan menoleh ke belakang, ternyata yang memeluknya Rasulullah.

Zahir pun segera menyandarkan tubuhnya dan lebih mengeratkan pelukan Rasulullah. Rasulullah berkata, “Wahai umat manusia, siapa yang mau membeli budak ini?” Zahir menjawab, “Ya Rasulullah, aku ini tidak bernilai di pandangan mereka” “Tapi di pandangan Allah, engkau sungguh bernilai Zahir.” kata Rasulullah.

Mau dibeli Allah atau dibeli manusia?” Zahir pun makin mengeratkan tubuhnya dan merasa damai di pelukan Rasulullah.

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah juga pernah bersabda kepada ‘Asiyah, “Aku tahu saat kamu senang kepadaku dan saat kamu marah kepadaku.” Aisyah bertanya, “Dari mana engkau mengetahuinya?” Beliau menjawab, ” Kalau engkau sedang senang kepadaku, engkau akan mengatakan dalam sumpahmu “Tidak demi Tuhan Muhammad.”

Akan tetapi jika engkau sedang marah, engkau akan bersumpah, “Tidak demi Tuhan Ibrahim!”. Aisyah pun menjawab, “Benar, tapi demi Allah, wahai Rasulullah, aku tidak akan meninggalkan, kecuali namamu saja.”

Maha Suci Allah… Ketika itu, Rasulullah adalah seorang rasul, pemimpin umat dan pemimpin negara, tetapi cara bergaul atau bersosialnya tidak berubah hanya karena kedudukan.

Beliau bergaul sebagaimana sifat orang ‘jelata’ ketika berbicara dengan orang ‘jelata’, sebagaimana seorang ayah ketika bergaul dengan anak, sebagaimana seorang anak ketika bergaul dengan orang tua, sebagaimana seorang panglima ketika berjihad di jalan Allah, dan sebagainya.

Dengan kata lain, dalam hal aplikasi pergaulan ini beliau adalah seorang ‘Maha Profesor Psikologi’ dan ‘Maha Profesor Sosiologi’ secara bersamaan.

Siri 4: Mulianya pekerti Mu Ya Rasulullah

Disebutkan satu kisah pada suatu hari isteri-isteri baginda berkumpul dihadapan baginda lalu bertanya “Siapakah diantara mereka (isteri-isteri) baginda yang paling disayangi”.

Rasulullah SAW hanya tersenyum lalu berkata, “Saya akan beritahu kamu kemudian.”

Selepas daripada pertemuan itu, Rasulullah telah memberikan setiap seorang daripada isteri-isteri baginda sebentuk cincin. Baginda berpesan supaya tidak memberitahu kepada isteri-isteri yang lain. Lalu suatu hari mereka berkumpul lagi dan bertanyakan soalan yang sama.

Rasulullah  SAW lalu menjawab “Orang yang paling aku sayangi ialah yang kuberikan cincin kepadanya”. Isteri-isteri baginda tersenyum puas kerana menyangka hanya diri mereka sahaja yang mendapat cincin dan merasakan bahawa diri mereka tidak terasing.

Tidak ketinggalan amalan-amalan lain yang boleh dilakukan untuk  mendapat suasana romantik ini Rasulullah SAW ada bersabda yang bermaksud: “Apabila pasangan suami isteri berpegangan tangan, dosa-dosa akan keluar melalui celah-celah jari mereka”.

Rasulullah SAW selalu berpegangan tangan dengan Aisyah ketika di dalam rumah. Baginda acap kali memotong kuku isterinya, mandi junub bersama, dan mengajak salah seorang dari isteri baginda pergi musafir (mengikut undian) untuk menambahkan lagi kasih sayang di antara mereka.

Siri 3: Mulianya Pekerti Mu Ya Rasulullah

Kisah ini terjadi di Madinah pada suatu pagi di Hari Raya Aidul Fitri. Rasulullah saw seperti biasanya mengunjungi rumah demi rumah untuk mendo’akan para muslimin dan muslimah, mukminin dan mukminah agar merasa bahagia di hari raya itu.

Alhamdulillah, semua terlihat merasa gembira dan bahagia, terutama anak-anak. Mereka bermain sambil berlari-lari kesana kemari dengan mengenakan pakaian hari rayanya. Namun tiba-tiba Rasulullah saw melihat di sebuah sudut ada seorang gadis kecil sedang duduk bersedih. Ia memakai pakaian tambal-tambal dan sepatu yang telah usang.

Rasulullah saw lalu bergegas menghampirinya. Gadis kecil itu menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya, lalu menangis tersedu-sedu.

Rasulullah saw kemudian meletakkan tangannya yang putih sewangi bunga mawar itu dengan penuh kasih sayang di atas kepala gadis kecil tersebut, lalu bertanya dengan suaranya yang lembut: “Anakku, mengapa kamu menangis? Hari ini adalah hari raya bukan?”

Gadis kecil itu terkejut. Tanpa berani mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang bertanya, perlahan-lahan ia menjawab sambil bercerita : “Pada hari raya yang suci ini semua anak menginginkan agar dapat merayakannya bersama orang tuanya dengan berbahagia. Anak-anak bermain dengan riang gembira. Aku lalu teringat pada ayahku, itu sebabnya aku menangis. Ketika itu hari raya terakhir bersamanya. Ia membelikanku sebuah gaun berwarna hijau dan sepatu baru. Waktu itu aku sangat bahagia. Lalu suatu hari ayahku pergi berperang bersama Rasulullah saw. Ia bertarung bersama Rasulullah saw bahu-membahu dan kemudian ia meninggal. Sekarang ayahku tidak ada lagi. Aku telah menjadi seorang anak yatim. Jika aku tidak menangis untuknya, lalu siapa lagi?

Setelah Rasulullah saw mendengar cerita itu, seketika hatinya diliputi kesedihan yang mendalam. Dengan penuh kasih sayang ia membelai kepala gadis kecil itu sambil berkata: “Anakku, hapuslah air matamu… Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang akan kukatakan kepadamu…. Apakah kamu ingin agar aku Rasulullah menjadi ayahmu? …. Dan apakah kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu…. dan Hasan dan Husein menjadi adik-adikmu dan Aisyah menjadi ibumu ?. Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini?

Begitu mendengar kata-kata itu, gadis kecil itu langsung berhenti menangis. Ia memandang dengan penuh takjub orang yang berada tepat di hadapannya.

Masya Allah! Benar, ia adalah Rasulullah saw, orang tempat ia baru saja mencurahkan kesedihannya dan menumpahkan segala gundah di hatinya. Gadis yatim kecil itu sangat tertarik pada tawaran Rasulullah saw, namun entah mengapa ia tidak bisa berkata sepatah katapun. Ia hanya dapat menganggukkan kepalanya perlahan sebagai tanda persetujuannya. Gadis yatim kecil itu lalu bergandengan tangan dengan Rasulullah saw menuju ke rumah. Hatinya begitu diliputi kebahagiaan yang sulit untuk dilukiskan, karena ia diperbolehkan menggenggam tangan Rasulullah saw yang lembut seperti sutra itu.

Sesampainya di rumah, wajah dan kedua tangan gadis kecil itu lalu dibersihkan dan rambutnya disisir. Semua memperlakukannya dengan penuh kasih sayang. Gadis kecil itu lalu dipakaikan gaun yang indah dan diberikan makanan, juga uang saku untuk hari raya. Lalu ia diantar keluar, agar dapat bermain bersama anak-anak lainnya. Anak-anak lain merasa iri pada gadis kecil dengan gaun yang indah dan wajah yang berseri-seri itu. Mereka merasa keheranan, lalu bertanya : “Gadis kecil, apa yang telah terjadi? Mengapa kamu terlihat sangat gembira?”

Sambil menunjukkan gaun baru dan uang sakunya gadis kecil itu menjawab :
“Akhirnya aku memiliki seorang ayah! Di dunia ini, tidak ada yang bisa menandinginya! Siapa yang tidak bahagia memiliki seorang ayah seperti Rasulullah? Aku juga kini memiliki seorang ibu, namanya Aisyah, yang hatinya begitu mulia. Juga seorang kakak perempuan, namanya Fatima Az`Zahra. Ia menyisir rambutku dan mengenakanku gaun yang indah ini. Aku merasa sangat bahagia dan bangga memiliki adik adikku yang menyenangkan bernama Hasan dan Husein. , dan ingin rasanya aku memeluk seluruh dunia beserta isinya.

Rasulullah saw bersabda : ”Siapa yang memakaikan seorang anak pakaian yang indah dan mendandaninya pada hari raya, maka Allah SWT akan mendandani/menghiasinya pada hari Kiamat. Allah SWT mencintai terutama setiap rumah, yang di dalamnya memelihara anak yatim dan banyak membagi-bagikan hadiah. Barangsiapa yang memelihara anak yatim dan melindunginya, maka ia akan bersamaku di surga.

Dalam kesempatan lain,Dari Ibnu Abbas r.a., Rasulullah bersabda :”Dan barangsiapa yang membelaikan tangannya pada kepala anak yatim di hari Assyura, maka Allah Ta’ala mengangkat derajat orang tersebut untuk untuk satu helai rambut satu derajat. Dan barangsiapa memberikan (makan dan minum) untuk berbuka bagi orang mukmin pada malam Asyuro, maka orang tersebut seperti memberikan makanan kepada seluruh umat Muhammad SAW dalamkeadaan kenyang semuanya.”— Al Hadis.

Ya Rasullullah, sungguh mulia ahlakmu, sungguh banyak anak2 yatim-mu, pantaslah engkau disebut Abul Yatama (Bapaknya anak-anak Yatim) di seluruh dunia dari dulu hingga akhir zaman.

Wahai para anak Yatim, sama halnya dengan gadis kecil dalam cerita di atas, Laa Tahzan, Janganlah kalian bersedih, justru berbanggalah kalian, karena Bapak kalian adalah Rasulullah saw, sang manusia suci, Kekasih Allah swt.

Siri 2: Mulianya Pekerti Mu Ya Rasulullah

Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia  itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya.

Namun setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan  agar  tidak mendekati orang yang bernama Muhammad.

Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Rasulullah SAW wafat. Setelah kewafatan Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari Abu Bakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, "Anakku adakah sunnah kekasihku (Muhammad) yang belum aku kerjakan?". Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai Ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah Itu?", tanya Abu Bakar r.a. "Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke hujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata Aisyah r.ha.

Keesokan harinya Abu Bakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abu Bakar r.a  mendatangi pengemis  itu dan memberikan makanan itu kepada nya. Ketika Abu Bakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "siapakah kamu?". Abu Bakar r.a menjawab, "Aku orang yang biasa". "Bukan!, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu, "Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku dengan lembut", pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abu Bakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, "Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW.

Setelah pengemis itu mendengar cerita Abu Bakar r.a. ia pun ikut menangis, kemudian berkata, "Benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia...

Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abu Bakar r.a.

Rabu, 9 Februari 2011

Siri 1: Mulianya Pekerti Mu Ya Rasulullah

"Suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh seorang wanita kafir. Ketika itu baginda bersama beberapa orang sahabat. Wanita itu membawa beberapa biji buah limau sebagai hadiah untuk baginda. Cantik sungguh buahnya. Siapa yang melihat pasti terliur. Baginda menerimanya dengan senyuman gembira.

Hadiah itu dimakan oleh Rasulullah SAW seulas demi seulas dengan tersenyum. Biasanya Rasulullah SAW akan makan bersama para sahabat, namun kali ini tidak. Tidak seulas pun limau itu diberikan kepada mereka. Rasulullah SAW terus makan. Setiap kali dengan senyuman, hinggalah habis semua limau itu. Kemudian wanita itu meminta diri untuk pulang, diiringi ucapan terima kasih dari baginda.

Sahabat-sahabat agak hairan dengan sikap Rasulullah SAW itu. Lalu mereka bertanya. Dengan tersenyum Rasulullah SAW menjelaskan "Tahukah kamu, sebenarnya buah limau itu terlalu masam semasa saya merasainya kali pertama. Kiranya kalian turut makan bersama, saya bimbang ada di antara kalian yang akan mengenyetkan mata atau memarahi wanita tersebut. Saya bimbang hatinya akan tersinggung. Sebab itu saya habiskan semuanya.

"Begitulah akhlak Rasulullah SAW. Baginda tidak akan memperkecil-kecilkan pemberian seseorang biarpun benda yang tidak baik, dan dari orang bukan Islam pula. Wanita kafir itu pulang dengan hati yang kecewa. Mengapa? Sebenarnya dia bertujuan ingin mempermain-mainkan Rasulullah SAW dan para sahabat baginda dengan hadiah limau masam itu. Malangnya tidak berjaya. Rancangannya ditewaskan oleh akhlak mulia Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW adalah qudwah (teladan) buat seluruh makhluk di dunia ini. Saidatina Aisyah pernah berkata” Rasulullah SAW adalah Al Quran yang hidup..”

Ya Allah,berilah kami rezeki supaya dapat mengikut akhlak Rasulullah saw dari awal hingga akhir, zahir dan batin,perkataan dan amal solehnya dengan rahmatMu Ya Allah.. Wahai Tuhan Yang Paling Mengasihani daripada segala yang mengasihani..Aminn..

Begitulah mulianya akhlak Baginda saw.. kadang-kala diri sering terlepas pandang dalam perkara seperti ini.. menganggap mudah dan remeh dalam sesetengah perkara.. tetapi akhlak baginda saw begitu lembut dan halus kepada semua insan..apatah lagi mereka yang dianggap mad'u. Moga kita semua direzekikan untuk memilikki akhlak dan qudwah sebaik Rasulullah saw..InsyaAllah..