Rabu, 30 Oktober 2013

Kisah Benar




Diriwayatkan bahwa pada suatu hari Rasulullah S.A.W sedang duduk bersama para sahabat, kemudian datang pemuda Arab masuk ke dalam masjid dengan menangis. Apabila Rasulullah S..A.W melihat pemuda itu menangis maka baginda pun berkata:

"Wahai orang muda kenapa kamu menangis?" Maka berkata orang muda itu,"Ya Rasulullah S.A.W, ayah saya telah meninggal dunia dan tidak ada kain kafan dan tidak ada orang yang hendak memandikannya.. "

Lalu Rasulullah S.A.W memerintahkan Abu Bakar r.a. dan Umar r.a. ikut orang muda itu untuk melihat masalahnya. Setelah mengikuti orang itu, maka Abu Bakar r.a dan Umar r.a. mendapati ayah orang muda itu telah bertukar rupa menjadi babi hitam, maka mereka pun kembali dan memberitahu kepada Rasulullah S.A.W, "Ya Rasulullah S.A.W, kami lihat mayat ayah orang ini bertukar menjadi babi hutan yang hitam."

Kemudian Rasulullah S.A.W dan para sahabat pun pergi ke rumah orang muda dan baginda pun berdoa kepada Allah S.W..T, kemudian mayat itu pun bertukar kepada bentuk manusia semula.

Lalu Rasulullah S.A.W dan para sahabat menyembahyangkan mayat tersebut. Apabila mayat itu hendak dikebumikan, maka sekali lagi mayat itu berubah menjadi seperti babi hutan yang hitam, maka Rasulullah S.A.W pun bertanya kepada pemuda itu: 

"Wahai orang muda, apakah yang telah dilakukan oleh ayahmu sewaktu dia di dunia dulu?" Berkata orang muda itu, "Sebenarnya ayahku ini tidak mau mengerjakan shalat."

Kemudian Rasulullah S.A.W bersabda, "Wahai para sahabatku, lihatlah keadaan orang yang meninggalkan sembahyang. Di hari kiamat nanti akan bangkitkan oleh Allah S.W.T seperti babi hutan yang hitam."

Dizaman Abu Bakar r.a ada seorang lelaki yang meninggal dunia dan sewaktu mereka menyembahyanginya tiba-tiba kain kafan itu bergerak. Apabila mereka membuka kain kafan itu mereka melihat ada seekor ular sedang membelit leher mayat tersebut serta memakan daging dan menghisap darah mayat. Lalu mereka coba membunuh ular itu.

Apabila mereka coba untuk membunuh ular itu, maka berkata ular tersebut, "Laa ilaaha illallahu Muhammad Rasulullah, mengapakah kamu semua hendak membunuh aku?
Aku tidak berdosa dan aku tidak bersalah. Allah S.W.T yang memerintahkan kepadaku supaya menyiksanya sehingga sampai hari kiamat."

Lalu para sahabat bertanya, "Apakah kesalahan yang telah dilakukan oleh mayat ini?"

Berkata ular, "Dia telah melakukan tiga kesalahan, diantaranya:

1. Apabila dia mendengar azan dia tidak mau datang untuk sembahyang berjamaah.
2. Dia tidak mau keluarkan zakat hartanya.
3. Dia tidak mau mendengar nasihat para ulama.

Maka inilah balasannya. Karena sesungguhnya ilmu yang bermanfaat itu akan abadi jika diamalkan dan sesungguhnya yang mengamalkannya itu tidak akan pernah kekurangan ilmu..

Allah Maha Melihat.
Dalam sepotong ayat dan hadis ada menerangkan:

"Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan itu hanyalah orang-orang yang tidak beriman dengan ayat-ayat Allah dan merekalah pembohong-pembohong." (An-Nahl ayat 105)

"Barangsiapa mengatakan dariku apa yang aku tidak katakan, maka hendaklah Ia bersedia mengambil tempatnya dari Neraka."(HR: Az-Zahabi dlm Al-Kabair.)

Isnin, 28 Januari 2013

Cinta Kepada Rasulullah



1) Mu’adz bin Jabal yang menjerti dan menagis teresak-esak sehingga beliau pengsan oleh sebab dapat berita tentang kematian Rasulullah SAW.

2) Rasulullah telah patah gigi di dalam perang Uhud, berita itu sampai ke Awais dan Awais di rumahnya sanggup mematahkan giginya sendiri kerana hendak merasai apa yg Rasulullah telah rasai.

3) Ada seorang pedagang minyak wangi, di Madinah. Setiap kali pergi ke pasar, dia singgah dulu ke rumah Rasulullah Saw, dia tunggu sampai Rasulullah keluar. Setelah Rasulullah keluar, dia hanya mengucapkan salam lalu memandang Rasulullah saja, setelah puas dia pergi. Suatu hari setelah dia ketemu Rasululllah dan dia pergi, lalu tak lama kemudian balik dari pasar dan dia datang kepada Rasulullah Saw dan meminta izin, “Saya ingin melihat engkau ya Rasulullah, karena saya takut dan tidak sanggup tidak dapat melihat tuan seperti ini lagi.”

4) Abu Ayyub Al-Anshari. Ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, beliau beristirahat dahulu di pinggiran kota menginap di rumah Abu Ayyub Al-Anshari. Rumahnya itu dua tingkat, Abu Ayyub dan istrinya di tingkat atas dan Rasulullah Saw di bawah. Pada malam hari Abu Ayub dan istrinya tidak sanggup tidur karena mereka takut menggerakkan tubuhnya, semua terbujur seperti sebongkah kayu menahan dirinya untuk tidak bergerak. Mereka takut kalau bergerak, nanti debu-debu dari atas itu berjatuhan kepada  Rasulullah. Setelah Rasulullah mengetahui hal itu, beliau sangat terharu lalu kepada Abu Ayub diajarkan sebuah doa sebagai penghargaan beliau atas cinta yang tulus dari Abu Ayub.

5) Dalam perang Uhud, ketika kaki Rasulullah terluka, ada seorang sahabat melihatnya lalu mengejar Rasulullah. Dia pegang kaki itu lalu dia bersihkan luka itu dengan jilatannya. Rasulullah terkejut lalu berkata, “Lepaskan! Lepaskan!” Sahabat itu berkata: “Tidak Ya Rasulullah, aku tidak akan  melepaskannya sampai luka ini kering!”

6) Rasulullah sedang membariskan pasukannya karena Rasulullah selalu merapikan barisan pasukannya. Ternyata ada seorang sahabat, mungkin karena perutnya terlalu besar, selalu perutnya itu berada di luar barisan. Kemudian Rasulullah datang dan memukul perutnya itu agar dirapikan dengan barisan. Lalu sahabat itu memandang Rasulullah dan berkata: “Engkau diutus untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, kenapa kau sakiti perutku?” Lalu Rasulullah turun dari kudanya, dan menyerahkan alat pemukul itu, lalu berseru: “Pukullah aku! Sebagai qishas atas kesalahanku.” Kemudian orang itu berkata: “Tapi engkau pukul langsung kepada kulit perutku.” Lalu Rasulullah segera membuka pakaiannya, tiba-tiba sahabat itu memeluk Rasulullah dan mencium perutnya. Rasulullah terkejut dan berkata: “Ada apa denganmu?” Sahabat itu menjawab: “Ya Rasulullah, genderang perang sudah ditabuh, mungkin ini adalah saat terakhir perjumpaanku denganmu. Saya ingin sebelum meninggal dunia, sempat mencium perutmu yang mulia.”

7) Bilal yang selalu adzan semasa hidup Rasulullah tidak mau beradzan lagi setelah wafat Rasulullah karena Bilal tidak sanggup mengucapkan “Asyhadu anna Muhammad Rasululah” karena ada kata-kata Muhammad di situ. Tapi karena desakan Sayyidah Fatimah yang saat itu rindu mendengar suara adzan Bilal, dan mengingatkan beliau akan ayahnya. Bilal akhirnyadengan  berat hati mau beradzan. Saat itu waktu Subuh, dan ketika Bilal sampai pada kalimat Asyhadu anna Muhammad Rasulullah, Bilal tidak sanggup meneruskannya, dia berhenti dan menangis terisak-isak. Dia turun dari mimbar dan minta izin pada Sayyidah Fatimah untuk tidak lagi membaca adzan karena tidak sanggup menyelesaikannya hingga akhir. Ketika Bilal berhenti saat adzan itu, seluruh Madinah berguncang karena tangisan kerinduan akan Rasulullah Saw.

8) Seorang budak bernama Tsauban sangat menyayangi dan hatinya selalu merindukan Rasulullah Muhammad SAW. Sehari saja tidak bertemu Nabi, rasanya seperti setahun baginya. Kalau bisa dia ingin bersama Rasul setiap waktu. Karena jika tidak bertemu Rasulullah, dia amat sedih, murung dan seringkali menangis. Demikian juga yang dilakukan Rasulullah terhadap Tsauban begitu mengetahui betapa besarnya kasih sayang Tsauban terhadap dirinya. Suatu hari Tsauban berjumpa Rasulullah SAW dan berkata, “Ya Rasulullah, saya sebenarnya tidak sakit, saya sangat sedih jika berpisah dan tidak bertemu denganmu walaupun sekejap. Jika sudah bertemu barulah hatiku menjadi tenang dan gembira sekali. Apabila memikirkan akhirat, hati ini bertambah cemas dan takut kalau-kalau tidak dapat bersama denganmu. Kedudukanmu sudah tentu di syurga yang tinggi. Sedangkan saya belum tentu, entah di syurga paling bawah atau yang paling mencemaskan, kemungkinan tidak dimasukkan ke syurga langsung. Jika demikian, tentu saya tidak akan bertemu denganmu lagi.” Rasulullah amat terharu mendengar perkataan Tsauban. Namun beliau tidak dapat berbuat apa-apa karena balasan surga atau neraka bagi setiap hamba itu hak dan urusan Allah. Maka setelah peristiwa itu, turunlah wahyu kepada Rasulullah SAW yang berbunyi; “Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS An Nisaa’:69). Mendengar jaminan itu Tsauban pun tersenyum. Hatinya menjadi tenang dan gembira kembali.

Khamis, 24 Januari 2013

Michael H Hart Akui Kehebatan Nabi Muhammad s.a.w



Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tapi saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.

Berasal-usul dari keluarga sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebarkan salah satu dari agama terbesar di dunia, Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar.

Sebagian besar dari orang-orang yang tercantum di dalam buku ini merupakan makhluk beruntung karena lahir dan dibesarkan di pusat-pusat peradaban manusia, berkultur tinggi dan tempat perputaran politik bangsa-bangsa. Muhammad lahir pada tahun 570 M, di kota Mekkah, di bagian agak selatan Jazirah Arabia, suatu tempat yang waktu itu merupakan daerah yang paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni maupun ilmu pengetahuan. Menjadi yatim-piatu di umur enam tahun, dibesarkan dalam situasi sekitar yang sederhana dan rendah hati. Sumber-sumber Islam menyebutkan bahwa Muhamnmad seorang buta huruf. Keadaan ekonominya baru mulai membaik di umur dua puluh lima tahun tatkala dia kawin dengan seorang janda berada. Bagaimanapun, sampai mendekati umur empat puluh tahun nyaris tak tampak petunjuk keluarbiasaannya sebagai manusia.

Umumnya, bangsa Arab saat itu tak memeluk agama tertentu kecuali penyembah berhala Di kota Mekkah ada sejumlah kecil pemeluk-pemeluk Agama Yahudi dan Nasrani, dan besar kemungkinan dari merekalah Muhammad untuk pertama kali mendengar perihal adanya satu Tuhan Yang Mahakuasa, yang mengatur seantero alam. Tatkala dia berusia empatpuluh tahun, Muhammad yakin bahwa Tuhan Yang Maha Esa ini menyampaikan sesuatu kepadanya dan memilihnya untuk jadi penyebar kepercayaan yang benar.

Selama tiga tahun Muhammad hanya menyebar agama terbatas pada kawan-kawan dekat dan kerabatnya. Baru tatkala memasuki tahun 613 dia mulai tampil di depan publik. Begitu dia sedikit demi sedikit punya pengikut, penguasa Mekkah memandangnya sebagai orang berbahaya, pembikin onar. Di tahun 622, cemas terhadap keselamatannya, Muhammad hijrah ke Madinah, kota di utara Mekkah berjarak 200 mil. Di kota itu dia ditawari posisi kekuasaan politik yang cukup meyakinkan.

Peristiwa hijrah ini merupakan titik balik penting bagi kehidupan Nabi. Di Mekkah dia susah memperoleh sejumlah kecil pengikut, dan di Medinah pengikutnya makin bertambah sehingga dalam tempo cepat dia dapat memperoleh pengaruh yang menjadikannya seorang pemegang kekuasaan yang sesungguhnya. Pada tahun-tahun berikutnya sementara pengikut Muhammad bertumbuhan bagai jamur, serentetan pertempuran pecah antara Mektah dan Madinah. Peperangan ini berakhir tahun 630 dengan kemenangan pada pihak Muhammad, kembali ke Mekkah selaku penakluk. Sisa dua setengah tahun dari hidupnya dia menyaksikan kemajuan luar-biasa dalam hal cepatnya suku-suku Arab memeluk Agama Islam. Dan tatkala Muhammad wafat tahun 632, dia sudah memastikan dirinya selaku penguasa efektif seantero Jazirah Arabia bagian selatan.

Suku Bedewi punya tradisi turun-temurun sebagai prajurit-prajurit yang tangguh dan berani. Tapi, jumlah mereka tidaklah banyak dan senantiasa tergoda perpecahan dan saling melabrak satu sama lain. Itu sebabnya mereka tidak bisa mengungguli tentara dari kerajaan-kerajaan yang mapan di daerah pertanian di belahan utara. Tapi, Muhammadlah orang pertama dalam sejarah, berkat dorongan kuat kepercayaan kepada keesaan Tuhan, pasukan Arab yang kecil itu sanggup melakukan serentetan penaklukan yang mencengangkan dalam sejarah manusia. Di sebelah timurlaut Arab berdiri Kekaisaran Persia Baru Sassanids yang luas. Di baratlaut Arabia berdiri Byzantine atau Kekaisaran Romawi Timur dengan Konstantinopel sebagai pusatnya.

Ditilik dari sudut jumlah dan ukuran, jelas Arab tidak bakal mampu menghadapinya. Namun, di medan pertempuran, pasukan Arab yang membara semangatnya dengan sapuan kilat dapat menaklukkan Mesopotamia, Siria, dan Palestina. Pada tahun 642 Mesir direbut dari genggaman Kekaisaran Byzantine, dan sementara itu balatentara Persia dihajar dalam pertempuran yang amat menentukan di Qadisiya tahun 637 dan di Nehavend tahun 642.

Tapi, penaklukan besar-besaran –di bawah pimpinan sahabat Nabi dan penggantinya Abu Bakr dan Umar ibn al-Khattab– itu tidak menunjukkan tanda-tanda stop sampai di situ. Pada tahun 711, pasukan Arab telah menyapu habis Afrika Utara hingga ke tepi Samudera Atlantik. Dari situ mereka membelok ke utara dan menyeberangi Selat Gibraltar dan melabrak kerajaan Visigothic di Spanyol.

Sepintas lalu orang mesti mengira pasukan Muslim akan membabat habis semua Nasrani Eropa. Tapi pada tahun 732, dalam pertempuran yang masyhur dan dahsyat di Tours, satu pasukan Muslimin yang telah maju ke pusat negeri Perancis pada akhirnya dipukul oleh orang-orang Frank. Biarpun begitu, hanya dalam tempo secuwil abad pertempuran, orang-orang Bedewi ini -dijiwai dengan ucapan-ucapan Nabi Muhammad- telah mendirikan sebuah empirium membentang dari perbatasan India hingga pasir putih tepi pantai Samudera Atlantik, sebuah empirium terbesar yang pernah dikenal sejarah manusia. Dan di mana pun penaklukan dilakukan oleh pasukan Muslim, selalu disusul dengan berbondong-bondongnya pemeluk masuk Agama Islam.

Ternyata, tidak semua penaklukan wilayah itu bersifat permanen. Orang-orang Persia, walaupun masih tetap penganut setia Agama Islam, merebut kembali kemerdekaannya dari tangan Arab. Dan di Spanyol, sesudah melalui peperangan tujuh abad lamanya akhirnya berhasil dikuasai kembali oleh orang-orang Nasrani. Sementara itu, Mesopotamia dan Mesir dua tempat kelahiran kebudayaan purba, tetap berada di tangan Arab seperti halnya seantero pantai utara Afrika. Agama Islam, tentu saja, menyebar terus dari satu abad ke abad lain, jauh melangkah dari daerah taklukan. Umumnya jutaan penganut Islam bertebaran di Afrika, Asia Tengah, lebih-lebih Pakistan dan India sebelah utara serta Indonesia. Di Indonesia, Agama Islam yang baru itu merupakan faktor pemersatu. Di anak benua India, nyaris kebalikannya: adanya agama baru itu menjadi sebab utama terjadinya perpecahan.

Apakah pengaruh Nabi Muhammad yang paling mendasar terhadap sejarah ummat manusia? Seperti halnya lain-lain agama juga, Islam punya pengaruh luar biasa besarnya terhadap para penganutnya. Itu sebabnya mengapa penyebar-penyebar agama besar di dunia semua dapat tempat dalam buku ini. Jika diukur dari jumlah, banyaknya pemeluk Agama Nasrani dua kali lipat besarnya dari pemeluk Agama Islam, dengan sendirinya timbul tanda tanya apa alasan menempatkan urutan Nabi Muhammad lebih tinggi dari Nabi Isa dalam daftar. Ada dua alasan pokok yang jadi pegangan saya. Pertama, Muhammad memainkan peranan jauh lebih penting dalam pengembangan Islam ketimbang peranan Nabi Isa terhadap Agama Nasrani. Biarpun Nabi Isa bertanggung jawab terhadap ajaran-ajaran pokok moral dan etika Kristen (sampai batas tertentu berbeda dengan Yudaisme), St. Paul merupakan tokoh penyebar utama teologi Kristen, tokoh penyebarnya, dan penulis bagian terbesar dari Perjanjian Lama.

Sebaliknya Muhammad bukan saja bertanggung jawab terhadap teologi Islam tapi sekaligus juga terhadap pokok-pokok etika dan moralnya. Tambahan pula dia “pencatat” Kitab Suci Al-Quran, kumpulan wahyu kepada Muhammad yang diyakininya berasal langsung dari Allah. Sebagian terbesar dari wahyu ini disalin dengan penuh kesungguhan selama Muhammad masih hidup dan kemudian dihimpun dalam bentuk yang tak tergoyangkan tak lama sesudah dia wafat. Al-Quran dengan demikian berkaitan erat dengan pandangan-pandangan Muhammad serta ajaran-ajarannya karena dia bersandar pada wahyu Tuhan. Sebaliknya, tak ada satu pun kumpulan yang begitu terperinci dari ajaran-ajaran Isa yang masih dapat dijumpai di masa sekarang. Karena Al-Quran bagi kaum Muslimin sedikit banyak sama pentingnya dengan Injil bagi kaum Nasrani, pengaruh Muhammad dengan perantaraan Al-Quran teramatlah besarnya. Kemungkinan pengaruh Muhammad dalam Islam lebih besar dari pengaruh Isa dan St. Paul dalam dunia Kristen digabung jadi satu. Diukur dari semata mata sudut agama, tampaknya pengaruh Muhammad setara dengan Isa dalam sejarah kemanusiaan.

Lebih jauh dari itu (berbeda dengan Isa) Muhammad bukan semata pemimpin agama tapi juga pemimpin duniawi. Fakta menunjukkan, selaku kekuatan pendorong terhadap gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab, pengaruh kepemimpinan politiknya berada dalam posisi terdepan sepanjang waktu.

Dari pelbagai peristiwa sejarah, orang bisa saja berkata hal itu bisa terjadi tanpa kepemimpinan khusus dari seseorang yang mengepalai mereka. Misalnya, koloni-koloni di Amerika Selatan mungkin saja bisa membebaskan diri dari kolonialisme Spanyol walau Simon Bolivar tak pernah ada di dunia. Tapi, misal ini tidak berlaku pada gerak penaklukan yang dilakukan bangsa Arab. Tak ada kejadian serupa sebelum Muhammad dan tak ada alasan untuk menyangkal bahwa penaklukan bisa terjadi dan berhasil tanpa Muhammad. Satu-satunya kemiripan dalam hal penaklukan dalam sejarah manusia di abad ke-13 yang sebagian terpokok berkat pengaruh Jengis Khan. Penaklukan ini, walau lebih luas jangkauannya ketimbang apa yang dilakukan bangsa Arab, tidaklah bisa membuktikan kemapanan, dan kini satu-satunya daerah yang diduduki oleh bangsa Mongol hanyalah wilayah yang sama dengan sebelum masa Jengis Khan
Ini jelas menunjukkan beda besar dengan penaklukan yang dilakukan oleh bangsa Arab. Membentang dari Irak hingga Maroko, terbentang rantai bangsa Arab yang bersatu, bukan semata berkat anutan Agama Islam tapi juga dari jurusan bahasa Arabnya, sejarah dan kebudayaan. Posisi sentral Al-Quran di kalangan kaum Muslimin dan tertulisnya dalam bahasa Arab, besar kemungkinan merupakan sebab mengapa bahasa Arab tidak terpecah-pecah ke dalam dialek-dialek yang berantarakan. Jika tidak, boleh jadi sudah akan terjadi di abad ke l3. 

Perbedaan dan pembagian Arab ke dalam beberapa negara tentu terjadi -tentu saja- dan nyatanya memang begitu, tapi perpecahan yang bersifat sebagian-sebagian itu jangan lantas membuat kita alpa bahwa persatuan mereka masih berwujud. Tapi, baik Iran maupun Indonesia yang kedua-duanya negeri berpenduduk Muslimin dan keduanya penghasil minyak, tidak ikut bergabung dalam sikap embargo minyak pada musim dingin tahun 1973 – 1974. Sebaliknya bukanlah barang kebetulan jika semua negara Arab, semata-mata negara Arab, yang mengambil langkah embargo minyak.

Jadi, dapatlah kita saksikan, penaklukan yang dilakukan bangsa Arab di abad ke-7 terus memainkan peranan penting dalam sejarah ummat manusia hingga saat ini. Dari segi inilah saya menilai adanya kombinasi tak terbandingkan antara segi agama dan segi duniawi yang melekat pada pengaruh diri Muhammad sehingga saya menganggap Muhammad dalam arti pribadi adalah manusia yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia.

Rujukan:
Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah
Michael H. Hart, 1978
Terjemahan H. Mahbub Djunaidi, 1982
PT. Dunia Pustaka Jaya
Jln. Kramat II, No. 31AJakarta Pusat

Rabu, 23 Januari 2013

Panduan Rumahtangga Dari Rasulullah S.A.W



Meraikan minat/kesukaan/kegembiraan pasangan

Diriwayatkan dari An Nasaie, pada suatu hari, Saidina Abu Bakar ra ketika mendatangi rumah anaknya Saidatina ‘Aisyah ra, terlihat ada dua orang anak perempuan sedang bermain rebana dan keduanya menyanyi. Dilihatnya baginda Rasulullah menutup kepalanya dengan kain. Melihat kedatangan Abu Bakar ra, baginda membuka penutup kepala seraya berkata, “Wahai Abu Bakar, biarkan sahaja. Hari ini adalah hari raya.” Dalam riwayat yang lain pula menceritakan bahawa baginda Rasulullah s.a.w juga pernah menemani Saidatina 'Aisyah r.a menonton satu pertunjukkan walaupun baginda tidak meminatinya.

Namun baginda meraikan keiginan isterinya untuk menonton sambil membiarkan isterinya meletakkan dagu dibahunya. Dengan sabar baginda meraikan keinginan itu tanpa bersungut sebaliknya cuma bertanya, "adakah kamu sudah puas" dan hanya beredar sehingga isterinya mengiyakannya. 

Lihat bagaimana kesabaran baginda Rasulullah s.a.w dalam melayani dan meraikan minat/kegembiraan isteri walaupun baginda tidak meminatinya. Meraikan minat pasangan amat penting untuk diterapkan dalam sesebuah perkahwinan kerana kegagalannya dikhuatiri akan memberi ruang insan lain di luar mengambil alih tanggungjawab pasangan dalam meraikannya, lalu menjadi punca kepada goyahnya sesebuah rumahtangga.

Menyantuni kepelbagaian sifat pasangan

Islam tidak menafikan sifat kemanusiaan, dimana lumrah setiap manusia ada sifat yang positif dan juga negatif. Namun, bagaimana patut seseorang itu menguruskan sifat negatif pasangan?

Diriwayatkan oleh An-Nasaie, pada suatu hari, isteri baginda Rasulullah s.a.w, Ummu Salamah mengirimkan satu piring makanan untuk Rasulullah s.a.w dan sahabatnya. Kemudian, Saidatina ‘Aisyah r.a yang cemburu melihat makanan dari Ummu Salamah datang membawa seketul batu ditangannya lalu memecahkannya. Dengan tersenyum, baginda mempelawa sahabat-sahabat makan makanan yang disediakan sambil mengutip piring yang pecah itu seraya berkata, “ jemputlah makan..ibu kalian sedang cemburu..” Kemudian, setelah sahabat-sahabat pulang, baginda menyerahkan piring dari Ummu Salamah yang pecah itu kepada Saidatina ‘Aisyah r.a manakala piring milik ‘Aisyah r.a pula diserahkan kepada Ummu Salamah bagi menggantikannya.

Lihat bagaimana Rasulullah, seorang pemimpin yang agung, mampu bersabar untuk menyantuni dan cuba memahami sifat cemburu isterinya. Baginda tidak merespons secara negatif terhadap kepelbagaian sifat pasangan, sebaliknya tanpa mempedulikan egonya, baginda mengutip sendiri pinggan yang dipecahkan dihadapan sahabat-sahabatnya sambil cuba mendamaikan keadaan.

Memahami dan peka kepada perasaan pasangan

Diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah s.a.w bersabda kepada ‘Aisyah r.a, “ Sesungguhnya aku mengetahui bila kamu senang terhadapku, dan bila kamu sedang marah terhadapku. ‘Aisyah ra berkata: Dari mana engkau mengetahuinya wahai Rasulullah?. Baginda menjawab: Bila kamu senang kepadaku, kamu menjawab, ‘’Tidak, demi Tuhan(nya) Muhammad’’, tapi bila kamu sedang marah kepadaku, kamu berkata, ‘’Tidak, demi Tuhan Ibrahim a.s’’. ‘Aisyah ra menjawab: “Ya, benar begitu”.

Mengawal/bersifat rasional ketika marah:

Sifat Rasulullah yang rasional dalam mengawal marah dapat dilihat ketika berlakunya peristiwa al-ifk ketikamana Saidatina ‘Aisyah r.a telah difitnah. Saidatina ‘Aisyah telah ditimpa sakit akibat kesedihan difitnah oleh golongan munafik. Dalam keadaan begitu, Saidatina ‘Aisyah r.a dapat merasakan kesedihan baginda Rasulullah kerana baginda sudah tidak menunjukkan kemesraan. Namun begitu, walaupun runsing dan sedih dengan peristiwa yang berlaku, baginda tidak sedikit pun berlaku kasar atau memarahi isterinya malah masih menjenguk Saidatina ‘Aisyah r.a untuk mengucapkan salam dan bertanyakan bagaimanakah keadaannya sehinggalah peristiwa itu selesai dengan turunnya wahyu yang membuktikan kebenaran ‘Aisyah r.a.

Berlemah-lembut/berhikmah dalam menegur pasangan

Banyak kisah-kisah yang mempamerkan bagaimana baginda Rasulullah s.a.w sangat berlemah lembut dengan isteri. Diriwayatkan ketikamana Saidina Abu Bakar r.a datang ke rumah baginda Rasulullah s.aw, dilihatnya Saidatina 'Aisyah sedang meninggikan suara kepada baginda Rasulullah s.aw. Lalu Saidina Abu Bakar r.a pun terus menghampiri dan memegang anaknya kerana marah. Melihat keadaan itu, baginda Rasulullah s.a.w terus meleraikan tangan mereka dikhuatiri Saidina Abu Bakar r.a berkasar terhadap isterinya.

Sejurus Saidina Abu Bakar r.a pulang dari rumah baginda Rasulullah s.a.w, baginda pun cuba menjernihkan keadaan, tanpa sedikitpun berkasar dengan Saidatina 'Aisyah, baginda hanya berkata, "'Aisyah, aku sudah meleraikan tanganmu dari ayahmu wahai 'Aisyah.." Lalu mereka pun berbaik semula. Lihat bagaimana berhikmah dan lemah-lembutnya baginda terhadap pasangan. 

Menyebut-nyebut kebaikan untuk memotivasikan pasangan yang dalam kesedihan, atau sebelum memberi teguran kepada pasangan.

Menjadi pendengar yang setia kepada pasangan. 

Selain kisah-kisah di atas, banyak lagi kisah dari rumahtangga baginda Rasulullah s.a.w yang boleh kita teladani. Mari kita sama-sama muhasabah diri, bagaimanakah layanan kita terhadap pasangan kita (bagi yang sudah berkahwin sahaja), yang adakalanya ianya lebih istimewa terhadap insan asing yang bukan mahram dibandingkan dengan pasangan yang halal untuk kita, yang semestinya merupakan insan yang paling  maklum akan baik buruk dan kelemahan kita dan berjasa untuk kita. Teladanilah bagaimana tingginya penghargaan baginda Rasulullah s.a.w terhadap isteri pertamanya Saidatina Khadijah ummul mukminin walaupun sesudah pemergian beliau.